Bermain Api Atau Api yang Bermain? (CHAPTER 3)

adminYang Nulis Si ALvin ALvyo

16 Days Before “Deadline” Time..!!



Rosa's Side

Saatnya romantisme picisan! hhe...

Ini kali kelima pemuda gondrong itu menjemputnya di kampus. Rosa tidak pernah merasakan kebahagiaan serupa selama hidupnya.

Bagaimana tidak?

Saat ia menelusuri lorong kampus, dari jauh ia sudah melihat Dio menunggu. Seperti layaknya kebanggaan seorang gadis pada kekasihnya, Rosapun demikian.

Hatinya berbunga saat ia menyaksikan pandangan keirian yang dilontarkan gadis-gadis lain saat Dio menggandeng lengannya.

Pemuda itu milikku, pikirnya dalam hati, pemuda yang tinggi, gondrong, tapi anggun mempesona. Khas gentleman ala barat.

Sore itu Dio tampak rapi dengan setelan kemeja biru tua kotak-kotak, dan celana hitam kesayangannya. Dalam hatinya berjuta rencana sedang tersusun. Pagi tadi, ia sudah meminta Rosa untuk berdandan secantik mungkin.

Kalau perlu, bawa sabun cuci muka, biar nanti siangnya Rosa tetap segar.

Hari itu Dio sudah bertekad, sesegera mungkin harus selesai-sebelum Tio. Tanpa malu-malu, pemuda gondrong itu menggandeng si gadis melintasi kerumunan mahasiswa. Seperti biasa, sikapnya tak acuh. Beberapa gadis sempat meliriknya mesra beberapa saat sebelum kedatangan Rosa.

Ah! mereka urusan nanti, pikir Dio, sekarang ia ada misi yang lebih penting.

Beat the Armageddon Project!

Rosa menurut saja saat Dio menawarkan untuk membawakan tasnya. Mereka lalu berjalan sampai ke lapangan parkir. Tak berapa kemudian, mereka sudah meluncur di tengah sibuknya lalu lintas.

"Kamu cakep," kata Dio sambil tersenyum, memulai perbincangan.
"Makasih," sahut Rosa dengan wajah memerah, "kamu juga."
"Aku memang selalu cakep, kok."
"Pede banget," ucap si gadis sebelum tertawa.
"Aku mau mengajakmu ke suatu tempat."
Rosa menatap pemuda itu dengan rasa ingin tahu.
"Ke mana?" ia bertanya.

Dio hanya tersenyum, melirik sekilas.
"Ke sebuah tempat yang istimewa."
"Istimewa?"
"Ya," sahut Dio, lalu pemuda itu menoleh dan tersenyum.

"Aku punya dua pilihan untukmu. Yang pertama, kita akan makan di salah satu restoran kegemaranku. Resikonya, nanti aku akan mencium bibirmu di sana."

Rosa menatap pemuda itu dengan heran, sebelum tertawa geli.

"Yang kedua?" tanya gadis itu setelah tawanya reda.

Dio hanya tersenyum, membiarkan kesan dramatis mengalir sejenak sebelum melanjutkan.

"Yang kedua, kita ke rumahku. Aku akan siapkan sebuah meja, dengan lilin, lalu hidangan yang sudah kusiapkan sejak pagi tadi. Resikonya? Aku akan mengecup bibirmu, lalu membawamu ke langit untuk bercinta..."

Kali ini Rosa benar-benar merasa geli. Ia tertawa terbahak-bahak. Pemuda yang satu ini benar-benar ceplas-ceplos kalau sedang berkata-kata. Tapi sesuatu dari pemuda itu, mungkin senyum dan caranya melirik, membuat Rosa tidak bisa marah sama sekali. Malah si gadis merasa debaran yang aneh di dalam dadanya.

"Jadi bagaimana?" tanya Dio kemudian, membuat Rosa sedikit terkejut.

Gadis itu menatap ke luar jendela. Pikirannya menimbang-nimbang sejenak.

Pikirnya, aku baru saja mengenal pemuda ini, dan sekarang ia sudah memberikan dua pilihan yang mendebarkan. Ia akan menciumku, sesuatu yang bahkan dikatakannya dengan gamblang.

Di tengah Rosa kebingungan, ia merasa jemari kiri Dio menggenggam pergelangan tangan kanannya. Ia menoleh dan melihat pemuda itu tersenyum menatapnya.

"Aku tahu," senyum Dio, "kita ke resto saja."

Rosa mengangguk. Entah mengapa, sebagian kecil dari hatinya memprotes.

Tempat yang sempurna, momen yang tepat, adalah senjata rahasia kedua Dio. Acara makan siang berlalu dengan romantis.

Rosa sempat terheran-heran melihat Dio begitu serius saat di rumah makan. Jarang pemuda itu melontarkan banyolan-banyolan segarnya. Tapi dari situ Rosa melihat sesuatu. Dio adalah sosok seorang pemuda yang bisa menempatkan dirinya di mana ia berada. Ia semakin terpesona.

Sekejap lalu, sebelum mereka melangkah memasuki rumah makan, Dio masih penuh canda. Tapi setelahnya, ia tampak begitu dewasa. Mereka berbincang tentang segala hal di sana. Segala sesuatu yang serius, bukan sekedar obrolan omong kosong. Di sana, Dio menanyakan tentang segala kegiatan Rosa, tentang keluarganya, dan tentang penggalan kisah hidup si gadis.

Sore sudah berlalu, saat mereka berdua melangkah keluar dari rumah makan. Dio menggandeng jemari Rosa dengan erat, membuat si gadis merasa hangat mengalir ke seluruh tubuhnya.

Sampai di dalam mobil, Rosa berdebar-debar. Tadi pemuda itu mengatakan hendak mengecupnya. Apakah ia akan melaksanakannya? tanya gadis itu dalam hati.

Dio masuk ke dalam mobil, dan mendapati gadis itu sedang tersenyum memandangnya.

Pemuda itu melepaskan rambut yang diikatnya ke belakang beberapa jam lalu. Mengibas-ngibas dengan jemarinya sejenak, sebelum akhirnya menarik senyumnya keluar.

Rosa tertawa melihatnya. Ia sadar, bahwa kekocakan itu sudah kembali ke posisinya. Ternyata belum. Tengah ia tertawa, mendadak pemuda itu memajukan tubuhnya. Tidak menempel, hanya mendekatkan wajah, hingga Rosa bisa mencium aroma tembakau dari nafasnya.

Dio tersenyum, menatap mata gadis itu dalam-dalam. Pemuda itu tahu, bahwa gadis di hadapannya sedang menunggu. Menunggu dalam kepasrahan.

"Kamu marah ga kalau aku menciummu?" pemuda itu bertanya.

Rosa sedikit sebal. Pemuda itu lagi-lagi menanyakan sesuatu yang tak bisa dijawab. Bagi seorang gadis, pengakuan atas suatu keinginan adalah suatu hal yang sangat-sangat berat.

Dan sekarang, pemuda di depannya menuntut itu.

Akhirnya Rosa memilih untuk diam, sebelum malu membakar wajahnya sendiri. Pemuda di depannya tertawa.

Hening kemudian.

Suasana mulai gelap saat pemuda itu menunduk dan mengecup bibirnya.

Rosa memejamkan mata, menikmati sensasi yang timbul dari kelembutan itu.

Dio menempelkan bibirnya di bibir si gadis. Tak bergerak. Tak melumat. Hanya menempelkan. Getaran-getaran kecil merambati pori-pori kulit si gadis, tubuhnya bergetar semenit kemudian. Si pemuda lalu menarik sedikit wajahnya. Masih dengan ujung bibir menempel, pemuda itu berbisik,
"Aku sayang kamu."
Rosa membuka matanya, menatap dengan satu arti.
"Aku juga sayang."
Gadis itu merasakan tubuh si pemuda bergerak, kembali ke posisinya di belakang kemudi mobil.

Rosa kecewa, ia ingin dikecup lebih lama. Ia ingin rasa itu, getaran itu, menghanyutkannya kembali.

Tapi pemuda itu malah memasukkan persneling, menekan pedal gas. Mobil meluncur dalam kesunyian.

"Aku senang, kita ke resto tadi," Dio berkata memecah hening.

Si gadis menatapnya dengan senyum, "Aku juga."
"Bukan itu," kata Dio, "kalau aku membawamu ke rumah tadi. Mungkin aku akan membuatmu benci padaku seumur hidupmu."

Rosa tak mengerti.

Lalu kata `bercinta’ yang sempat terlontar dari bibir si pemuda melintas. Rosa menundukkan kepalanya.

Sesuatu dalam dirinya berbisik, bahwa ia takkan pernah membenci pemuda itu, seandainya hal itu memang akan terjadi.

"Kenapa?" bisikan itu keluar dari bibirnya.
"Siapa tahu nanti aku berniat memperkosamu," Dio berkata.
Rosa mengangkat kepalanya dengan raut heran, lalu melihat cengiran di wajah Dio. Gadis itu tertawa geli. Ada-ada saja, pikirnya. Tiba-tiba Dio menepikan mobil dan menginjak pedal rem.

"Ada apa, Di?" tanya Rosa heran. Dio menetralkan perseneling, lalu menarik tubuhnya ke samping. Sebuah kecupan mendarat di bibir si gadis. Kecupan yang ringan. Sebelum Rosa membuka matanya kembali, ia mendengar Dio berkata.
"Pertama, itu...."
Ketika ia membuka mata, pemuda itu terlihat sibuk melepas sepatunya.
"Lalu kedua, ini...sial benar..," Dio berkata, seraya menggaruk telapak kakinya dengan gaya gemas.

Rosa memandang terheran-heran.

"Sori, jempolku lagi birahi," gumam si pemuda tanpa menoleh. 
Gadis itu tertawa terbahak-bahak. 
Jauh di dalam hatinya ia merasa hangat.
Tergoda...

---------------Bermain Api Atau Api yang Bermain? (CHAPTER 3) -END-----------------

Bermain Api Atau Api yang Bermain? (CHAPTER 4) - NEXT
Bermain Api Atau Api yang Bermain? (CHAPTER 1) -BACK
Bermain Api Atau Api yang Bermain? (CHAPTER 2)-BACK
Jika sobat merasa artikel Bermain Api Atau Api yang Bermain? (CHAPTER 3) ini bermanfaat, silahkan Copas artikel ini, tetapi jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya seperti ini : Source:http://alvinarea.blogspot.com/2011/07/bermain-api-atau-api-yang-bermain_5241.html.Saya lebih berterimakasih lagi jika sobat mau mencantumkan link hidup seperti ini : Source: http://alvinarea.blogspot.com/2011/07/bermain-api-atau-api-yang-bermain_5241.html.Mohon dimengerti agar maraknya copas tanpa link sumber mereda, terima kasih.

Artikel Menarik Lain!

0 komentar

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Silahkan berkomentar apa saja yang terkait pada artikel ini. Terima Kasih.