Ini dia yang mau saya bahas sama sobat sekalian. Mungkin ini dialami sama semua mahasiswa psikologi, ato lulusan psikologi termasuk saya atu juga sobat. Banyak orang-orang bilang kek gini sama saya:
“Oh kuliah psikologi ya? Wah bisa baca pikiran nih? Hehe”
“Lulusan psikologi? Coba tebak aqu lagi mikir apa??”
Waduh waduh… dikira saya ahli telepati kali ya..hiks..
Memang banyak anggapan kalo kemampuan membaca pikiran itu yang bisa cuma seorang psikolog, paranormal atau bahkan dukun. Tapi percaya gak percaya, sadar gag sadar kalo dalam kehidupan sehari-hari, sobat semua tu seorang pembaca pikiran! Wow? Kok bisa?
Begini sobat, tanpa kemampuan bwat mengetahui pikiran serta perasaan orang lain, kita semua bakal gag mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan membaca pikiran, kita dapat membuat perkiraan tentang tingkah laku seseorang lalu membuat kita dapat menentukan keputusan berikutnya. Kemampuan ini sebenarnya dimiliki sama semua manusia.
Nah kalo gag bisa?
Kalo kita ngelakuin pembacaan ini dengan buruk, dampaknya bisa serius: konflik bisa saja terjadi akibat kesalahpahaman. Contoh yang nyata kesulitan mengenali pikiran dan perasaan orang lain(mind-blindness), dapat dilihat sama orang orang yang punya gangguan Autisme, dimana kegakmampuan tersebut jadi suatu kondisi yang mengganggu.
Oh jadi sebenarnya kita semua bisa baca pikiran orang ya? Saya jawab bisa banget.
Jadi kemampuan membaca pikiran ini, kata bung William Ickes—profesor psikologi di University of Texas, disebut sebagai emphatic accuracy.
Darimana asalnya?
Kemampuan membaca pikiran menurut bung Ross Buck–profesor Communication Sciences di University of Connecticut, memiliki sejarah yang amat panjang. Teorinya nih bilang kalo selama jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang menjadi lebih rumit saat kehidupan juga menjadi lebih kompleks. Membaca pikiran jadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui kapan harus menyetujui sebuah komitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan tetangga.
Kemampuan ini sendiri muncul sejak manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu sudah mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya.
Tante Nancy Eisenberg, profesor psikologi di Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional, bilang kalo bayi berusia 1 tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih atau marah. Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain; mereka udah memiliki “teori pikiran.” Bayi tersebut mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki.
Anak-anak tadi mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak untuk membaca pikiran anak lainnya. Tapi gak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah gak muncul.
Lanjut lagi, kemampuan membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di saat yang sama—dan lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu—seringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh berkembang.
Trus gimana cara membaca pikiran orang lain??
Ada beberapa cara buat menebak pikiran orang lain, diantaranya:
1. Membaca bahasa tubuh
Nah ini adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain, mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim. Bener kan??
2. Ekspresi wajah
Ini sering kita alami kok, ekspresi wajah merupakan penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita yang gak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada di wajah.
Contohnya: air mata yang turun ketika sedih, mata terbuka lebar kalo lagi takut, mata terlihat gak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika gak sabar.
Kita juga bisa semakin tahu pikiran orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan—kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, bung Ickes menemukan bahwa isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan baik.
OK dah ngerti dasarnya ngebaca pikiran, trus bisa ga kita jadi pembaca pikiran ulung gak??
nah bisa dunk, ada tim dari Psychology Today yang udah merumuskan beberapa hal yang bisa membantu kita membaca pikiran. Ada beberapa langkah, yaitu:
Kenalilah orang lain. “Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal lawan bicara kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita mampu mengartikan kata-kata dan gakan orang lain dengan lebih tepat, sesudah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas.
Minta umpan balik. Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya, “Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang marah. Benar gak?”
Perhatikan bagian atas dari wajah. Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut bung Calin Prodan—profesor neurologi di University of Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah, biasanya di sekitar mata.
Lebih ekspresif. Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Bung Ross Buck bilang “semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”
Santai. Menurut tante Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk, seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang, teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat, dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.
Sudah jelas kan sob??
Ups, ada beberapa hal penting yang mesti kita cermatin sebelum bener2 ngenebak pikiran orang lain yaitu unsur budaya. Ekspresi emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya, bisa jadi diiartiin sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal orang itu, jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.
Kita juga gak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya gak percaya, memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan. Stidaknya memang ada beberapa orang dengan kemampuan membaca pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit diterima nalar.
Wallahu alam deh…
Nah penasaran apa bener kita semua sebenarnya bisa membaca pikiran orang lain? atau masih bilang cuma orang psikologi atau dukun yang bisa membaca pikiran orang lain?
saya saranin...silahkan sobat mulai deh praktekin…hehe
2 komentar
makasih bang sangat bermanfaat saya copas
:)]
Posting Komentar
Silahkan berkomentar apa saja yang terkait pada artikel ini. Terima Kasih.